Kamis, 05 Februari 2009

Kisah kerbau dan kambing (cerita 1)


Suatu hari aku pernah berjanji:
Jika nanti aku mendapatkan suara 70 persen,
maka aku akan berikan seekor kerbau di desamu...

Aku perintahkan aparat desa untuk menyebarkan janjiku itu..
Aku biarkan orang orang desa gembira mendengar janjiku
Aku biarkan mereka terlena mendengar bualanku.

Aku tebar senyum untuk mereka
Aku biarkan mereka mimpi dalam kebodohan
Aku kini menguasai mereka
Aku pun tertawa..

Beberapa waktu kemudian, seorang kepala desa yang di desanya mendapatkan suara 70 persen (bahkan lebih) datang kepadaku untuk menagih janji itu. Aku pun diam, dan sebentar bicara kepadanya: "Tolong jangan tanya urusan kerbau kepadaku, it's not my bussines. Masih banyak yang harus kukeruk dari tanah ini. Masih banyak yang harus kulakukan agar pundiku semakin menggunung, dan dengan begitu aku dengan mudah menguasai jagat perpolitikan negeri ini. Ya, tolong jangan ganggu serigala buas yang ada dalam pikiran dan hatiku" Ujarku. Setelah bicara kepadanya, aku pun melihat kepala desa itu melangkah lunglai seperti menyimpan luka.

Aku pun sadar bahwa setelah kemenanganku yang tak tertandingi itu, orang-orang di desa yang terpaksa mendukungku lalu menagih janji kepada kepala desa. Tapi aku tak mungkin memenuhi semuanya. Umurku masih muda, dan aku harus mengumpulkan senjata untuk melawan musuhku nanti. Belum lagi aku mempunyai istri yang cantik nan jelita, yang suatu saat akan kuupayakan menggantikan posisiku.

Beberapa hari kemudian, aku mendengar kepala desa itu mengeluarkan uang untuk memenuhi janjiku. Anehnya, bukan kerbau yang dibeli, tapi seekor kambing kecil yang buduk dan berbulu kering. Dengan wajah sunyi, lalu kepala desa menyerahkan kambing itu ke orang-orang yang ada di desa. Tetapi sebelum menyerahkan kambing buduk itu, terlebih dahulu kepala desa memberikan sambutan: "Saudara-saudaraku, maafkan aku karena hanya memberi seekor kambing yang lucu ini. Tapi aku yakin kambing ini akan lebih berarti daripada seekor rusa yang dibeli dari hasil korupsi. Aku yakin daging kambing ini akan lebih berarti. Tapi, saudaraku, tolong sisakan kancut (kemaluan kambing) untukku"

Kambing pun selesai disembelih, dengan wajah tertunduk kepala desa itu lalu membawa kancut kambing ke rumahnya. Ia memerintahkan sang istri untuk membakar kancut kambing itu. Ia lahap memakan kancut itu. Keesokan harinya kepala desa dilarikan ke rumah sakit karena serangan darah tinggi. Beberapa jam kemudian, istri, anak, dan kerabatnya menangis. Entah apa yang terjadi. Dan aku pun masih tertawa..

5 komentar:

  1. MUANTEP..HE..HE... INI BARU KOMEDI POLITIK...!!!

    BalasHapus
  2. Perampokan Bupati Pandeglang
    Perampok : "Berikan semua uangmu!"
    Korban : "Tidak! Kamu tahu aku ini seorang Bupati Pandeglang!"
    Perampok : "Kalau begitu, berikan semua uang KU sekarang!!!"

    BalasHapus
  3. Pandeglangku sayang pandeglangku malang.............
    itu adalah gambaran umum tentang apa yg terjadi d pandeglang saat ini, semua bagaikan badut2 yang menari dalam sebuah arena panggung dagelan...
    bagai sebuah badut, mereka terpana akan riuhnya tawa jenaka penonton yg datang tuk melihatnya...
    ironis memang, d era demokrasi & serba trasnparan kini msh ada saja sang pemimpin yang mencoba mengkebiri & merampas hak2 masyarakat untuk sukses serta menggunakan hak berpolitiknya tanpa ada penekanan & seruan dr sang penguasa Tirani....
    semoga kau tak Tuli Tuhan akan sebuah kemunafikan dan kesewenang-wenangan (abuse of power) kekuasaan yg tengah terjadi d bumi ku pandeglang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Tuker Link di : http://pandeglang-menggugat.blogspot.com/

    BalasHapus

Pengikut

Mengenai Saya

Pandeglang, Banten, Indonesia
Namaku Ahmad Sampurna. Aku lahir di Pandeglang, 20 Nopember 1980. Kuliah di Jurusan Matematika IKIP Jakarta, dan lulus pada thn 2002. Kini mengajar di SMP Cimanuk. Jujur, aku kecewa dan sedih melihat kondisi pendidikan Pandeglang yang rapuh. Infrastruktur pendidikan yg acak adut, ada kesan pelakunya (perhatikan Kadis dan Bupati) lebih mengutamakan kepentingan diri. Lebih parah lagi, ada sebuah upaya penggiringan (dominasi) yg dilakukan penguasa kepadaku dan rekanku. Lbh dr itu, aku merasakan roda pemerintahan yang tidak benar. Karena itu aku menuliskan unek-unekku di blog ini. Tapi aku tak takut. Aku serahkan semuanya kepada Allah SWT, pemilik dan penguasa negeri ini. Aku tak takut PNS-ku hilang dan pemutasian. Aku berusaha meyakini ayat AlQur'an, waman yattaqillahu yaj'allahu mahraja wayarzuqhu min haytsu la yahtasib. Aku percaya bahwa urusan rizki itu ada pada Allah, Robbul Izzati, bukan pada Kadis dan Bupati Dimyati. Dan aku pun berharap kepada rekan-rekanku agar bisa membuka mata, hati, dan pikiran bahwa sebenarnya kita ditindas dan didzolimi.